Cek Fisik Motor (part II)


Cerita sebelumnya dapat dibaca disini ya 😀

Jam menunjukkan pukul 18.00, gemercik suara air samar-samar terdengar dari dalam ruangan kantor, saya pun menengok ke jendela dan ternyata sedang hujan pemirsa, lumayan deras juga kalau nekat menerobos. Karena janjian ke Polseknya masih jam 8 malam saya santai-santai saja, toh juga masih jam segini. Detik demi detik pun berlalu, gak kerasa sudah jam setengah 8, ohya saya kan ada janji sama bapak Narno di polsek, langsung saya berangkat, untungnya hujan sudah reda jadi tidak perlu pakai jas hujan batman saya yang ribet.

Di tengah jalan, pas di lampu merah HP saya bergetar *untuk kedua kalinya saya tegaskan, saya tidak suka pakai notifikasi pakai ringtone, berisik :p*. Ada nomor asing tertera di layar HP saya, siapa nih? Mumpung lagi di lampu merah saya copot helm dan mengangkat telepon itu, barangkali penting. Ternyata eh ternyata, si pak Joko ini yang menelpon. Tiba-tiba lampu sudah hijau, dengan refleks saya ikut menggeber motor mengikuti para rider lain, dengan tangan kiri masih memegang HP, paha kaki menjepit helm *helmnya tadi saya copot trus saya jepit pake kaki, kebiasaan 😀*, otomatis saya tak ber-helm. Konsentrasi saya waktu itu terbagi 2, antara telepon dan menyetir motor, fuh untung saya tidak menabrak atau tertabrak, benar-benar ceroboh waktu itu. Alhamdulillah gak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kondisi jalan yang ramai membuat suara telepon pak Joko ini tidak terdengar jelas, saya pun hanya bisa mengira-ngira isi pembicaraan. Sepanjang percakapan saya jawab iya pak, baik, siaaapp, oke pak, menuju kesana pak, haha.

Jam 8 kurang seperempat saya tiba, langsung parkir dan menuju ke dalam Polsek. Di pos jaga sudah ditunggu dua orang, satunya pak Joko dan satunya pasti pak Narno. Pak Joko langsung ngomong, “wah rugi pulsa saya ini telpon kamu, kalau janji kan sudah dibilang datangnya lebih awal, ckckck” *iya pak iya pak*, saya pun hanya bisa senyum-senyum saja. “Motor kamu mana, bawa kesini ketempat yang terang”, kata pak Joko. Saya pun langsung mengambil motor dari parkiran dan saya bawa ke depan pos jaga yang terdapat lampu yang terang.

Saya pun bercakap-cakap sedikit dengan pak Narno, dia dari jawa tengah, sudah sejak tahun 1985 jadi polisi dan rumahnya ada di belakang Polsek. Dia membawa 2 lembar kertas yang nantinya digunakan untuk merekam nomor rangka dan nomor mesin. Dia bertanya motor saya apa, saya jawab motor Revo. Dia diam sejenak, memikirkan posisi nomor rangka dan mesin ada dimana, karena posisi di tiap-tiap motor tidak sama. Kemudian dia berkata, “coba sayapnya ini dibuka mas, kelihatannya nomor rangkanya ada disini”, sambil menunjuk ke dalam sayap motor. Lho, walah, ternyata saya sendiri yang kudu bongkar motor, hadeeeh –a Saya langsung buka jok dan mengambil perkakas motor yang sudah disiapkan bapak saya disana. Bapak saya memang suka mengoprek-oprek motor, sayangnya hobinya itu tidak menurun ke saya, saya buta kalau masalah motor begini, haha.

Saya pun berjibaku mencoba membuka bodi motor, tiap ada mur yang kira-kira bisa dicopot saya copot, pokoknya asal bisa kebuka entah bagaimana caranya. Kira-kira 20 menitan keringat saya sudah mengalir deras, susah juga ya ternyata, sempat frustasi karena obeng yang digunakan ternyata tidak bersahabat *pegangan obengnya rusak sehingga walaupun diputer-puter 1000 kali gak bakal kebuka tuh mur X(*, untung si bapak berinisatif pulang ngambil obengnya di rumah, fiuuhhh. Akhirnya satu demi satu saya copot bodinya, dan kelihatanlah daleman si motor *malu kali ya kalau dia punya perasaan gitu, haha*.

Posisi Nomor Rangka dan Mesin

Posisi Nomor Rangka dan Mesin

Si bapak lalu menunjuk ke rangka motor, “ini dia nomor rangkanya sudah kelihatan”. Dia tanya ke saya apakah saya punya pensil apa tidak. Buset, gak modal si bapak, buka motor udah saya, gak bawa pensil juga, untung peralatan ATK saya lengkap. Kemudian kertas tadi ditempelkan ke nomor rangka motor, karena posisinya yang susah perlu hati-hati biar nempelnya pas ke nomornya, lalu setelah dipastikan seluruh digit nomornya tertutupi, kertasnya digesek-gesek pakai pensil. Mirip dengan mainan saya semasa SD, pakai uang logam 100 rupiah  gambar wayang yang ditaruh di bawah kertas, lalu permukaan kertas digesek dengan pensil sehingga membentuk gambar uang logam 100 rupiah. Setelah selesai kertasnya dilepas, uppsss, kertasnya sobek O.o untungnya tidak masalah kata bapaknya. Nomor rangka udah ok tinggal nomor mesinnya. Saya dan pak Narno mencari lagi dimana letak nomornya, sudah dibolak balik sampai disenterin kemana-mana gak ketemu, padahal harusnya carinya lebih gampang daripada nomor rangka. Eaaaa, ternyata nomor mesinnya ketutupan tanah, gara-gara ini motor kotornya minta ampun gak pernah dicuci –a. Proses rekam pun diulangi ke nomor mesin ini.

Sepanjang saya di Polsek ini banyak orang lalu lalang di tempat saya periksa motor. Agak gimana juga sih, dilihatin orang terus, tapi cuek aja lah, demi masa depan yang cerah, ahaha. Saya juga santai saja, soalnya posisi saya disini tidak sebagai seorang yang bermasalah dengan polisi, mungkin kalau saya ada masalah mungkin bakal berkeringat dingin juga.

Singkat cerita, prosesnya selesai dan hasil cek fisiknya baru bisa saya ambil besok. Si bapak harus ke polda dulu untuk memproses hasil cek fisiknya *yah, saya kudu balik lagi deh*.  Jam tangan saya menunjukkan pukul 21.00, tapi sebelum saya pulang saya diminta fotokopi STNK dulu, duh, mana udah malam gini pasti fotokopi udah pada tutup. Mau gak mau saya keliling-keliling daerah situ nyari fotokopian yang masih buka, untungnya ada yang masih buka, thanks god O:) Saya fotokopi 2 lembar dan saya kasih ke pak Narno. “Besok sekitar jam segini diambil disini lagi ya, ini saya bawa ke Polda dulu”, katanya. “Oke pak”, saya lalu berberes-beres sambil mencari pak Joko mau pamitan. Bapaknya gak ada, ternyata sedang ada apel malam, ya sudah besok paling ketemu lagi. Bruuummm, motor saya pun meninggalkan Pasar Minggu menuju Ragunan. “Malam yang tak terlupakan”, saya bergumam..

Bersambung..

PS: percakapannya sebenarnya kebanyakan dengan bahasa jawa, tapi demi kenyamanan bersama langsung saya terjemahkan ke bahasa indonesia saja 😀

2 thoughts on “Cek Fisik Motor (part II)

  1. Manuel S Marbun berkata:

    Hahahaa… Selain lucu, tulisan ini bermanfaat… 🙂

  2. […] Buat yang belum tahu sejarahnya, silahkan dicek episode sebelumnya […]

Tinggalkan komentar