Cerita sebelumnya dapat dibaca disini ya π
Jam menunjukkan pukul 18.00, gemercik suara air samar-samar terdengar dari dalam ruangan kantor, saya pun menengok ke jendela dan ternyata sedang hujan pemirsa, lumayan deras juga kalau nekat menerobos. Karena janjian ke Polseknya masih jam 8 malam saya santai-santai saja, toh juga masih jam segini. Detik demi detik pun berlalu, gak kerasa sudah jam setengah 8, ohya saya kan ada janji sama bapak Narno di polsek, langsung saya berangkat, untungnya hujan sudah reda jadi tidak perlu pakai jas hujan batman saya yang ribet.
Di tengah jalan, pas di lampu merah HP saya bergetar *untuk kedua kalinya saya tegaskan, saya tidak suka pakai notifikasi pakai ringtone, berisik :p*. Ada nomor asing tertera di layar HP saya, siapa nih? Mumpung lagi di lampu merah saya copot helm dan mengangkat telepon itu, barangkali penting. Ternyata eh ternyata, si pak Joko ini yang menelpon. Tiba-tiba lampu sudah hijau, dengan refleks saya ikut menggeber motor mengikuti para rider lain, dengan tangan kiri masih memegang HP, paha kaki menjepit helm *helmnya tadi saya copot trus saya jepit pake kaki, kebiasaan π*, otomatis saya tak ber-helm. Konsentrasi saya waktu itu terbagi 2, antara telepon dan menyetir motor, fuh untung saya tidak menabrak atau tertabrak, benar-benar ceroboh waktu itu. Alhamdulillah gak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kondisi jalan yang ramai membuat suara telepon pak Joko ini tidak terdengar jelas, saya pun hanya bisa mengira-ngira isi pembicaraan. Sepanjang percakapan saya jawab iya pak, baik, siaaapp, oke pak, menuju kesana pak, haha.